Investasi saham vs properti vs bisnis ril

Mana yang lebih unggul  investasi saham vs properti maupun investasi dalam bisnis riil? Berikut akan dipaparkan sebuah analisis SWOT  (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) antara Investasi saham vs property vs bisnis riil.  Kita akan coba bandingkan kelebihan dan kelemahan  dari masing-masing jenis invetasi ini.

Investasi saham, properti dan bisnis riil

Berikut pembahasan mengenai analisis SWOT investasi saham vs properti vs bisnis riil.

A. Strength : Kekuatan & kelebihan

1. Bisa menyamai bahkan melebihi invetasi di sektor tanah & properti.

Kelebihan investasi disektor tanah & properti adalah nilai apresiasinya yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.  Selama tidak ada potensi bencana alam di suatu wilayah, nilai popertinya akan semakin naik. Banyak poperti yang harganya menjadi dua kali lipat atau lebih hanya dalam beberapa bulan atau beberapa tahun.

Portofolio saham yang terkelola dengan baik (berisi saham dari perusahaan yang berkinerja bagus) juga bisa meningkat berlipat-lipat dalam beberapa bulan atau beberapa tahun.  Tahun 2006-2007 adalah booming bisnis tambang dan perkebunan (sawit), termasuk sektor kimia juga yang dalam hal ini semen. PT Timah Indonesia TBK melejit dari 2.000 menjadi 35.000 (lebih dari 17 kali lipat)  dalam 1.5 tahun.  PT INCO Indonesia bergerak dari 18.000 menjasi 110.000 dalam 2.5 tahun (lebih dari 6 kali lipat).  Ada banyak (paling tidak 20 yang tangguh diantara 500 macam perusahaan di bursa yang bisa dipilih) yang bisa menjadi komposisi dari portofolio saham kita.

Kekuatan investasi properti yang tidak bisa dikalahkan oleh saham adalah kekuatan leverages (tidak saya bahas disini).

2. Mudah di likwidasi dibandingkan dengan tanah dan properti.

Portofolio saham bisa dilikwidasi (diuangkan) dalam tempo 3 hari kerja (jika hari ini dijual, 3 hari kemudian dananya masuk ke rekening, dan ini sudah aturan standar di bursa).

Disisi lain, tanah & properti tidak bisa diukur atau diperkirakan kapan akan laku terjual.  Walau didiskon sekalipun, dengan harapan cepat laku terjual, tetap saja tidak terukur berapa lama akan laku.

Begitu juga dengan bisnis disektor riil.  Butuh waktu untuk mempersiapkan hingga bisnis riil mulai beroperasi. Bila setelah beroperasi ternyata tidak berjalan sesuai harapan, untuk menjual bisnis tersebut ke orang lain tidaklah mudah. Bahkan melelang aset yang tersisa dengan diskonpun masih susah diuangkan.

3. Mudah berpindah-pindah ke berbagai sektor bisnis dibanding dengan investasi langsung di bisnis riil.

Investasi di portofolio saham  memiliki fleksibilitas tinggi untuk berpindah-pindah dari satu bisnis ke bisnis yang lain.

Sebagai gambaran, bulan ini hingga setahun kedepan bisa saja yang booming adalah sektor tambang sehingga portofolio saham bisa difokuskan ke sektor tambang. Begitu ada tanda-tanda bisnis tambang melambat pertumbuhannya, dan jika dari analisa terlihat bahwa sektor consumer goods yang mulai berkebang lebih baik maka kita bisa mengalihkan portofoliosaham  ke saham-saham yang beroperasi di sektor consumer goods.

Ini tidak bisa dilakukan kalau terjun langsung di bisnis riil.  Dalam bisnis riil, bila bisnis dianggap gagal, maka melikuidasi aset yang tersisa  nilainya sangat jatuh dari nilai buku. Dan itupun butuh waktu yang relatif lama.

4. Mudah mengelola dan memeliharanya dibandingkan dengan investasi langsung di bisnis riil.

Bisnis sektor riil punya seni dan keasikan tersendiri dalam mengelolanya.  Namun dibalik itu, potensi bangkrut mendadak juga besar.  Bisnis riil butuh nyawa lebih dari satu.  Butuh nafas panjang.  Banyak hal yang harus dikelola.  Bangunan kantor, peralatan kantor, sales dan marketing, operasional kantor, SDM dan lain-lain.

Sektor portofolio saham lebih banyak membaca berita dan memilah informasi yang terkait dengan perusahaan yang menjadi atau calon protofolio saham kita.  Dan setiap kwartal menganalisa laporan keuangan dari portofolio saham yang dipegang.  Bagi yang handal, pekerjaan ini sangatlah ringan (bagi yang tidak mengerti, jangan coba-coba, lebih baik habiskan waktu untuk mempelajarinya terlebih dahulu).  Ini jauh berbeda dengan mengelola bisnis riil secara langsung.

5. Biaya operasional relatif sangat kecil

Biaya operasional sangatlah kecil.  Bahkan diawal, kita bisa membuat biaya ini mendekati nol . Cukup punya komputer dan koneksi internet untuk mengecek berita, mengamati situasi pasar dan mengamati  grafik harga saham. Dan tentu saja sudah punya keahlian dalam analisa portofolio saham.

B. Weakness : Kelemahan & Kekurangan

Nilai portofolio saham bisa anjlok tiba-tiba akibat kepanikan di bursa.  Tapi selama portofolio saham ada di perusahaan yang baik dan tumbuh, begitu kepanikan reda nilai portofolio akan kembali ke semula dan makin naik.

Sebagai gambaran, saat bursa saham hancur (market crash) tahun 2008, harga saham PT Astra International Tbk turun dari 29.350 menjadi 6.600 dalam 1 tahun.  Begitu kepanikan mereda, harga saham Astra kembali naik ke harga semula dan sekarang setelah 1.5 tahun sejak kejatuhan harganya menjadi 60.000.

Resikonya adalah apabila disaat market crash, ada kebutuhan dana mendadak sehingga portofolio saham terpaksa dilikwidasi pada posisi rugi.  Akan tetapi, bila tidak ada kebutuhan dana mendadak, portofolio saham bisa ditahan sehingga bisa tumbuh kembali.

Untuk mengurangi atau menutupi kelemahan ini, hindari berinvestasi di portofolio saham menggunakan dana yang sewaktu-waktu akan dialokasikan untuk urusan yang lain, dan hindari  menggunakan dana “panas”Salah satu penyebab utama banyak orang rugi besar di portofolio saham adalah karena menggunakan dana “panas”.

Grafik Saham ASII-Astra International-Januari-2004-Juni-2010. Analisa SWOT saham, properti dan bisnis riil

PT Mayora Tbk saat market crash di tahun 2008 turun dari 1960 ke 900. Setalah kepanikan mereda, harga saham PT Mayora kembali  keharga semula dan sekarang dalam tempo 2 tahun harganya menjadi 11000 (naik lebih dari 6 kali lipat).

Grafik Saham MYOR-Mayora-Indah-Tbk-Januari-2004-Juni-2010. Analisa SWOT saham, properti dan bisnis riil

C. Opportunity : Kesempatan / peluang meraih untung

Kesempatan meraih untung di portofolio saham sangat tinggi.  Bahkan dikala ekonomi stagnan sekalipun.  Sebagai contoh, dikala sektor perbankan runtuh di tahun 1998, tetap saja ada beberapa bank yang tidak terganggu (tidak roboh) dan terus berkembang.  Bank BCA dan Bank BRI adalah pemimpinnya. Seni dan kemampuan melihat perusahaan yang baik, akan selalu mampu mempertahankan dan membuat portofolio saham terus naik.
Ada banyak sektor bisnis.  Dan dari tahun ke tahun, pemimpinnya selalu berubah atau bergantian. Kesempatan saat ini sangat terbuka baik disektor pertambangan, perkebunan, consumer goods maupun perdagangan.

D. Threat : Ancaman – Investasi saham vs properti vs bisnis

Dalam portofolio saham, ancaman bisa dianggap tidak ada.
Anggaplah salah satu portofolio saham kita ada di saham PT ABCD.  Kemudian muncul beberapa perusahaan baru yang merupakan kompetitor dari PT ABCD.  Bila kemunculan kompetitor tersebut dianggap ancaman yang akan membahayakan pangsa pasar PT ABCD, kita bisa langsung melakukan perpindahan portofolio saham (menukar aset) ke saham lain atau menambahkan ke saham yang sudah ada didalam portofolio saham.

Dengan kata lain, kita bisa secepat kilat berpindah dari satu bisnis ke bisnis lain. Laporan keuangan setiap kwartal dan tren dari grafik harga saham dapat memberi informasi lebih awal tentang tinjauan (outlook) dari kinerja suatu perusahaan ke depan.

Dengan analisa SWOT saham, properti dan bisnis ril sedikit banyak kita bisa mengukur tingkat keuntungan dan tingkat resiko yang mampu ditanggung.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments